Pengamat Maritim Pastikan Pembangunan Maritim Pasca 2024 Tetap Ada

Karena ini bisa dilihat dari keseharian masyarakat contohnya dalam gaya bercanda atau anekdot yang keluar di masyarakat seperti kalimat berupa “udah ke laut aja”. Kalimat itu sering muncul sebagai gaya bercandanya dan sepertinya lumrah bagi masyarakat, tapi dalam artinya bagi dirinya sebagai seorang pelaut.

Oleh sebab itu melalui diskusi publik ini, “Saya ingin mengajak seluruh elemen masyarakat agar memaksimalkan budaya maritim. Salah satu alternatif yang saya usulkan adalah dengan memasukan pendidikan maritim ke mata kuliah wajib seperti mata kuliah character building lainnya, Pancasila dan Agama di kampus-kampus Indonesia.”

Bacaan Lainnya

Pada pilar ketiga yang menurut Capt. Hakeng patut mendapat perhatian adalah komitmen mendorong pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut, pelabuhan laut, logistik, dan industri perkapalan, serta pariwisata maritim.

Secara umum sebetulnya sudah bagus, hanya memang masih terdapat aspek yang patut menjadi perhatian. Terutama kelemahan yang dimiliki adalah konsistensi. “Pada periode pertama pemerintahan Presiden Jokowi penjabaran dan pemberitaan terkait Indonesia sebagai negara maritim luar biasa dahsyatnya.

Saya sebagai praktisi maritim saat itu sangat bahagia serta bangga. Tapi saya rasakan diperiode kedua pemerintahan Jokowi terjadi penurunan konsistensi terkait keinginannya membangun indonesia sebagai negara maritim.

Pilar keempat yang jadi fokus pembahasan Capt. Hakeng adalah diplomasi maritim yang mengajak semua mitra Indonesia untuk bekerja sama pada bidang kelautan.

“Kata diplomasi saya soroti ini sebagai titik yang belum bisa maksimal. Diplomasi hanya untuk area government/pemerintah yang bisa berdiplomasi dengan negara lain. Karena itu saya mendorong agar pilar keempat ini dilebarkan maknanya menjadi Promosi Maritim, sehingga bisa melibatkan seluruh elemen bangsa,” tegasnya.

Pos terkait