Mantan Aktifis Mahasiswa 98 Donny Magek Piliang yang Jadi Caleg Partai Hanura Untuk DPRD Sumbar

GAYABEKASI.ID || KAB AGAM — DONNY ANDRI MAGEK PILIANG atau lebih dikenal dengan panggilan Donny Magek Piliang. Putra Nagari Magek, Kecamatan Kamang-Magek, kabupaten Agam, Sumatra Barat ini adalah seorang aktifis nasional dari angkatan 98 dan pegiat Sosial di Sumbar, serta berlatar seorang Jurnalis, pernah bekerja di ANTV dulu.

Lelaki kelahiran Pekanbaru 14 September 1971 bergelar adat Sutan Cumano bertubuh ramping ini dikenal memiliki jaringan nasional yang lumayan luas. Selain dari kalangan aktifis, jaringan Donny juga berasal dari kalangan tokoh pemerintah, partai, LSM, TNI Polri dan juga kalangan anak muda berpengaruh.

Alumni Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta Padang ini adalah orang pergerakan sosial yang pernah bersama mahasiswa se Indonesia meruntuhkan kekuasaan Presiden Soeharto pada tahun 1998 lalu.

Ideologi hidup Magek, demikian dia sering dipanggil, adalah kekuasaan untuk rakyat, melayani rakyat dan keberpihakan total terhadap rakyat. Ideologi itu terbawa dalam keseharian Magek. Cerita yang keluar dari mulutnya lebih banyak bercerita tentang kerakyatan dan penindasan rakyat.

Artinya, Donny Magek, sering juga dia dipanggil dengan nama ini, lebih banyak bercurah tentang masalah kerakyatan. Dia sering gelisah melihat nasib rakyat Sumbar yang tidak mendapatkan program kesejahteraan lebih baik. Padahal pada waktu itu, dirinya sendiri sedang tidak punya apa apa juga.

Kehidupan pribadi Magek memang tidak lebih dari para aktifis lain. Tetapi yang membedakan Magek, dia terlahir dari keluarga terpandang juga di Nagari Magek.

Ayahnya, Alm H. Rusli st Bagindo dikenal sebagai pengusaha penggilingan padi dan ibunda Magek Almh Hj Rosna dikenal sebagai panggaleh bareh (beras) di Agam.

Mereka memiliki Usaha penggilingan padi “Hueler Magek Jaya” sejak tahun 1969 sampai sekarang.

Kedua orang tua Magek ini juga dikenal sebagai Petani apel pertama di Sumatra tahun 1984. Pertanian ini sempat gagal setelah panen pertama karena kurangnya perhatian dari pemprop Sumbar dan minimnya pengetahuan tentang tanaman apel, karena tanaman apel itu harus ada perlakuan khusus, saat itu apel masih langka serta mahal

Pos terkait