Moderasi Beragama, Upaya Merawat Toleransi Umat Beragama di Bali

GAYABEKASI.ID | BALI – Salah satu tantangan kehidupan masyarakat saat ini adalah menguatnya ekstrimisme, radikalisme, yang berpotensi berujung kepada aksi terorisme. Prespektif sosiologi agama melihat bahwa ekstrimisme dan radikalisme berpotensi menjangkiti semua pemeluk agama,

tidak hanya suatu agama yang mayoritas disuatu wilayah bahkan agama yang minoritas di suatu wilayah bisa juga terkena paham ekstrimisme dan radikalisme.

Bacaan Lainnya

Penyebaran paham ini dilakukan dengan doktrinasi kepada generasi muda, melalui lembaga pendidikan, buku, buletin, dan melalui internet.

Bali merupakan wilayah yang mayoritas penduduknya beragama Hindu, namum demikian Bali memiliki masyarakat yang cukup heterogen dengan beragam suku, agama, ras, dan budaya yang hidup saling berdampingan dengan damai dan penuh toleransi.

Suasana yang damai ini perlu terus dijaga dan dirawat, mengingat Bali adalah salah satu destinasi wisata yang menjadi magnet wisatawan manca negara dan dalam negeri.

Salah satu upaya untuk mempererat toleransi beragama ini adalah dengan menerapkan salah satu program pemerintah saat ini yaitu moderasi beragama.

Moderasi beragama adalah cara pandang, sikap, dan praktik beragama dalam kehidupan bersama dengan cara mengejawantahkan esensi ajaran agama yang melindungi martabat kemanusiaan

dan membangun kemaslahatan berlandaskan prinsip adil, berimbang, dan menaati konstitusi sebagai kesepakatan bernegara.

Penerapan program pemerintah ini perlu terus disosialisasikan kepada seluruh umat beragma melalui berbagai sarana peribadatan ataupun perkumpulan di masyarakat. Seperti yang dilakukan di salah di masjid Al Muhajirin Kepaon pada saat pelaksanaan khutbah Jum’at.

“Sebagai umat Islam, kita memiliki tanggungjawab untuk turut serta menciptakan kondisi tentram dan damai. Dengan kondisi yang damai, sangat dimudahkan untuk mewujudkan

kemaslahatan umat manusia. Di sisi lain, Islam dengan tegas menolak sikap terorisme, radikalisme, anarkisme, dan pengrusakan yang mengatasnamakan agama, karena hal tersebut sangat

bertentangan dengan nilai-nilai dan watak dasar Islam,” tutur H. Azizzudin, S.A.g, M.A dalam khutbah sholat Jum’at di masjid Al Muhajirin Kepaon Jl. Raya Pomogan, GG Masjid, Kp. Islam Kepaon, Ds. Pomogan, Denpasar Selatan Bali melalui keterangannya Jum’at (30/9/2022).

“Islam maupun penganut agama lain harus berupaya memahami dan mengamalkan ajarannya masing-masing dalam bingkai merawat kemajemukan dan kemajuan Indonesia. Hal ini tidaklah berlebihan,

mengingat setiap agama pasti mengajarkan nilai dan budi luhur. Oleh karenanya, hidup damai dan toleran sudah semestinya menjadi komitmen bersama. Dalam konteks ajaran Islam,” tegas H. Azizzudin, S.A.g, M.A

“Dari penjelasan ini, kita bisa mengambil intisari bahwa toleransi dan moderasi telah menjadi bagian menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam lingkup kehidupan beragama masyarakat Bali dan upaya

membangun toleransi harus menjadi prioritas, terutama dalam konteks masyarakat yang majemuk,” tutup H. Azizzudin, S.A.g., M.A dalam ceramahnya.

Pada kesempatan ini, disampaikan sambutan sebelum khutbah Jum’at oleh perwakilan dari Kepolisian yaitu Kompol Indra.

“Dakwah itu perlu diberikan rambu-rambu agar sesuai ajaran Al-Qur’an dan Sunnah. Jadi di sinilah pentingnya peran khatib dalam menyampaikan konsep moderasi beragama kepada jamaah shalat Jumat,” ujar Kompol Indra melalui keterangannya, Jum’at (30/9).

“Menghindari pemikiran dan perilaku yang mencederai persaudaraan dalam beragama, berbangsa, dan kemanusiaan, dimana Khatib harus dapat mengajak kepada kemaslahatan umat, menghargai kelompok lain, serta tidak menjelek-jelekan paham atau agama lain,” ujarnya.

“Khutbah Jum’at ini dapat mendorong masyarakat Bali untuk bersatu dalam membangun dan menciptakan Bali yang aman dan damai sebagai bentuk dukungan terselenggaranya KTT G20 dengan sukses sehingga kearifan lokal dan kerukunan antar umat di Bali akan lebih dikenal oleh dunia internasional,” tutup Kompol Indra. (Ridwan).


Pos terkait